Sabtu, 21 Februari 2015

Cerpen MASJID MENANGIS

      Hatiku bergetar saat kudengar suara tangis yang menggema dan menyayat hati.Suara tangis yang berada di luar rumah.Kutatap jam dinding kamarku.Waktu telah menunjutkan pukul setengah empat dinihari.Sebagaimana biasa akupun meninggalkan mimpi-mimpiku untuk memulai aktivitas hidup sebagai seorang hamba.Hatiku mendengar bisikan bahwa masjid yang ada di kampungku sedang menangis.”Masjid menangis ?”,hatiku bertanya keheranan.”Mengapa masjid bisa menangis ?’ Bisikan itu menjawab “Masjid Kampung Beru menangis karena ditinggalkan oleh jemaahnya”.”Allah sangat kecewa terhadap orang-orang yang mengaku Islam namun sombong terhadap Allah”,lanjut bisikan itu.”Bagaimana kami dibilang sombong terhadap Allah ?’,hatiku bertanya.”Bagaimana tidak sombong,setiap hari lima kali Allah menyeru di masjid memanggil kalian beribadah di rumahnya tapi adakah kalian di kampong ini yang tersentuh hatinya untuk memenuhi panggilan Allah itu ?,kalian semua sombong karena tidak ada lagi orang dewasa di kampung ini yang mau mengumandangkan azan,kalian semua gengsi,yang ada cuma bocah kecil yang belum tahu apa-apa. Apa yang kalian sombongkan dihadapan Allah,nikmat Tuhan manakah yang kalian dustakan,kalian semua sehat,kuat dan diberi rezki yang melimpah,semua itukah yang membuat kalian tidak mau berkunjung ke rumah-Nya,untuk bersujud di hadapan-Nya ?.Kalian semua musyrik karena lebih menghargai panggilan manusia daripada panggilan Allah,buktinya kalau Allah memanggilmu ke rumah-Nya beribadah dengan balasan pahala yang melimpah kalian semua pada malas dan banyak alasan, tetapi kalau manusia yang memanggil kalian ke rumahnya untuk melakukan barzanji atau mengaji untuk orang mati dengan imbalan sepotong kue dan secangkir kopi,kalian semua berlomba-lomba sampai berdesak-desakan di rumah orang tersebut.Tidakkah kalian pikir bahwa panggilan Allah untuk beribadah di rumah-Nya sangatlah mulia,menenuhinya adalah sangat utama.Allah dan Rasul-Nya telah menjamin balasan yang sempurna bagi tamu-tamu Allah,tetapi undangan sesamamu untuk barzanji di rumahnya adakah jaminan keutamaannya kecuali akan mendatangkan penyesalan bagimu kelak”.Lanjutnya.”Tidakkah kalian mau menjadi tamu Allah,menjadi tamu presiden saja kalian bangga,apalagi bila menjadi tamu Allah,mana akalmu ?”.
Akupun menjadi malu dan bersedih karena sudah lama tidak memenuhi panggilan Allah ke rumah-Nya yang sudah jelas sebagai tempat yang penuh kemenangan.Walau hatiku selalu ada di masjid saat tiba waktu shalat,namun selalu saja menangis karena kutak bisa lagi menjadi tamu Allah,kutak bisa lagi shalat bersama dengan malaikat di rumah Allah, kutak bisa lagi mengumadangkan azan yang disaksikan oleh para malaikat dan seluruh makhluk yang mendengar azan. Fisik tak sanggup lagi membawaku ke masjid.Walau Allah menyuruhku beribadah kepada-Nya sesuai dengan kemampuanku,namun akupun iri pada umat lainnya yang diberi kesehatan dan kekuatan serta pandai bersyukur dengan senantiasa memenuhi panggilan Allah,merekalah orang-orang yang tak mengecewakan Allah,merekalah orang-orang yang bebas dari kemunafikan.Aku malu kepada Allah karena kutak sanggup lagi memenuhi panggilan-Nya.Karena maluku kepada-Nya sehingga aku tak berani memenuhi panggilan pemerintah untuk mengikuti sertifikasi yang sudah tiga kali memanggilku.Bagaimana bisa kupaksakan diri ikut sertifikasi sedangkan panggilan Allah ke rumah-Nya tak bisa kupaksakan diri,padahal kalau saja aku mau memaksakan diriku ikut sertfikasi itu bisa kulakukan dengan meminta bantuan orang lain,tapi tidak kulakukan karena malu kepada Allah.
Aku tinggal di sebuah desa.Rumahku berada di pusat pemerintahan desa,dekat dengan kantor desa.Di depan kantor desa ada semua masjid yang dibangun oleh ratusan orang dewasa yang beragama Islam.Masjid  di kampungku ini selalu menjadi perhatian warga kampung sebelah,karena setiap Subuh,kecuali Minggu terdengar suara anak kecil seumur 10 tahun mengumandangkan azan Subuh,anak kecil ini mempunyai dua jemaah yang keduanya mantan kepala desa,yang satunya telah berbau tanah dan yang satunya masih berbau segar dan telah terpilih menjadi wakil rakyat.Kecuali Subuh,anak kecil ini minta pada ayahnya agar shalat di rumah saja,alasananya Minggu adalah hari libur dan ayahnyapun setuju dengan maksud agar anaknya tidak merasa dipaksa.Anak kecil itu bersemangat mengumandangkan azan,selain karena tertanam nilai agama dari ayahnya bahwa Allah menyanginya,malaikat bersahabat dengannya,malaikat selalu mengawalnya dan setan-setan takut padanya,juga karena seorang jemaahnya rutin memberinya pembeli bakso sepuluh ribu dan kadang dua puluh ribu setiap bulan setiap kalian menerima gaji pensiunnya."Dg Taba yang kasika",kata bocah itu usai menerima gajinya mengumandangkan azan."Walau kamu tidak dikasi uang ama Dg Taba kamu harus tetap azan karena kalau kamu tidak azan maka masjid di kampung kita akan mati",pesan ayahnya.
Masyarakat kampungku semuanya ber-KTP Islam dan dianugerahi Allah nikmat yang cukup. Selain sehat dan kuat,juga kehidupan ekonomi yang memadai.Tapi yang cukup mengherankan bila kita mecoba shalat di masjidnya,ya ampun, kemana semua orang-orang Islam.”Iyek,ada semuaji di rumahnya,mereka  adalah jemaah Ramadhan,nanti Ramadhan baru bermunculan”,jawabku saat seorang tamu bertanya sepulang shalat Subuh.’Astagfirullah,tidakkah mereka bersyukur atas kesehatan dan kekuatan yang diberikan Allah padanya,tidakkah mereka tahu bahwa azan itu adalah undangan Allah,tidakkah mereka tahu bahwa kitapun kalau undangan tidak dipenuh akan kecewa apalagi Allah ?”,ujar tamuku itu,”Andaikan mereka mencoba menggunakan akalnya,mereka akan merasakan bahwa segala yang ada padanya itu dari Allah,mereka menjadi pegawai atau pekerja karena Allah,dalam urusan pekerjaan Allah memberi kemudahan,kesehatan dan kekuatan untuk pergi mencari rezki walau dalam jarak yang demikian jauh,tetapi mengapa memenuhi panggilan Allah untuk beribadah di masjid sangat berat padahal jarak rumahnya dengan masjid amat dekat,Cuma sekali langkah.Apa salahnya Allah sehingga kalian semua tidak mau memenuhi undangan-Nya padahal semua ibadahmu adalah untuk kebaikan dirimu sendiri ?”,tambahnya.”Tdakkah mereka tahu bahwa shalat berjamaah di masjid keutamaannya 27 derajat dari shalat di rumah ?.Tidakkah mereka tahu bahwa Rasulullah SAW telah menyatakan bahwa yang berat bagi orang munafik adalah shalat Subuh dan Isya.Jadi kalau tidak mendidrikan shalat Subuh dan Isya berarti termasuk orang munafik dan shalat yang paling utama bagi laki-laki adalah di masjid.
Masyarakat Islam di kampungku adalah masyarakat yang sangat menjunjung tinggi adat. Adat jauh lebih dihormati daripada syariat agama.Terbukti bila ada acara barzanji,orang berbondong-bondong sampai berdesakan tapi kalau panggilan shalat berjamaah, masjid menjadi kosong.Suatu pemandangan terburuk yang pernah aku lihat adalah saat seorang imam menggelar acara barzanji untuk kepindahan ke rumah barunya.Masjid yang di samping rumah Pak Iman kosong karena semua jemaah menggelar shalat berjamaah di rumah Pak Imanm,hanya satu orang yang shalat di masjid,itupun dianggap sebagai orang gila,padahal tidak ada dasar syariat bahwa shalat berjamaah di rumah  baru mengandung berkah ketimbang shalat berjamaah di masjid. “Baguski tawwa kalau rumah baru diisi dengan shalat berjamaah dan barzanji berjamaah,bisa mendatangkan berkah”,kata istriku waktu kukatakan bahwa salah kalau shalat berjamaah di masjid kita tinggalkan demi memenuhi undangan seseorang untuk shalat berjamaah di rumahnya.Shalat berjamaah di masjid itu adalah seruan Allah dan Sunnah Rasulullah,apakah kita akan meninggalkan seruan Allah demi memenuhi seruan manusia ?.”Siapa yang bilang rumah akan membawa berkah bila diadakan shalat berjamaah ?”, tanyaku namun tak dijawab istriku.
“Mengapa tidak ikut shalat Magrib berjamaah di rumah Pak Imam,Jufri ?”,tanyaku saat bertemu dengan Jufri,seorang pemuda yang aktif mengikuti pengajian.”Saya cuma takut saja,karena kita hanya disyariatkan mendirikan shalat berjamaah di masjid,bukan di rumah,kecuali kalau tidak ada masjid”,jawab Jufri yang ternyata sepaham denganku.”Berarti tidak ikut makan di rumah Pak Imam ?”,tanyaku.”Rezki itu urusan Allah,jadi kalau tidak makan di rumah Pak Imam gara-gara tidak ikut shalat berjamaah dan barzanji itu berarti tidak ada rezkiku di rumah itu,ternyata Allah telah menyiapkan rezkiku di rumahku”,jawabnya.
Sejak hatiku mendengar masjid menangis,aku menjadi malu,takut dan resah,namun kutakbisa berbuat apa-apa,aku tak punya kekuasaan untuk menggerakkan mereka ke masjid,dan ktakpunya daya untuk menanam ilmu pada mereka karena mereka sudah merasa menguasai ilmu,sudah paham agama,buktinya mereka menoak jemaah tabliq yang hendak berdakwah dimasjidnya,walau buktinya tidaklah demikian.Aku hanya bisa berdoa semoga anak-anakku kelak bisa memanfaatkan ilmunya untuk memajukan agama di kampungnya dan masyarakat Desa Palajau yang kami cintai ini.Mudah-mudahan kelak ada imam desa yang paham agama dan bisa memberikan pemahaman kemapada masyarakat Islam tentang beragama Islam yang benar yang seharusnya mengikuti Nabi Muhammad,bukan mengikuti tradisi masyarakat Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar