Akupun menjadi malu dan bersedih karena sudah
lama tidak memenuhi panggilan Allah ke rumah-Nya yang sudah jelas sebagai
tempat yang penuh kemenangan.Walau hatiku selalu ada di masjid saat tiba waktu
shalat,namun selalu saja menangis karena kutak bisa lagi menjadi tamu
Allah,kutak bisa lagi shalat bersama dengan malaikat di rumah Allah, kutak bisa
lagi mengumadangkan azan yang disaksikan oleh para malaikat dan seluruh makhluk
yang mendengar azan. Fisik tak sanggup lagi membawaku ke masjid.Walau Allah
menyuruhku beribadah kepada-Nya sesuai dengan kemampuanku,namun akupun iri pada
umat lainnya yang diberi kesehatan dan kekuatan serta pandai bersyukur dengan
senantiasa memenuhi panggilan Allah,merekalah orang-orang yang tak mengecewakan
Allah,merekalah orang-orang yang bebas dari kemunafikan.Aku malu kepada Allah
karena kutak sanggup lagi memenuhi panggilan-Nya.Karena maluku kepada-Nya
sehingga aku tak berani memenuhi panggilan pemerintah untuk mengikuti
sertifikasi yang sudah tiga kali memanggilku.Bagaimana bisa kupaksakan diri
ikut sertifikasi sedangkan panggilan Allah ke rumah-Nya tak bisa kupaksakan
diri,padahal kalau saja aku mau memaksakan diriku ikut sertfikasi itu bisa kulakukan
dengan meminta bantuan orang lain,tapi tidak kulakukan karena malu kepada Allah.
Aku tinggal di sebuah desa.Rumahku berada di
pusat pemerintahan desa,dekat dengan kantor desa.Di depan kantor desa ada semua
masjid yang dibangun oleh ratusan orang dewasa yang beragama Islam.Masjid di kampungku ini selalu menjadi perhatian
warga kampung sebelah,karena setiap Subuh,kecuali Minggu terdengar suara anak
kecil seumur 10 tahun mengumandangkan azan Subuh,anak kecil ini mempunyai dua
jemaah yang keduanya mantan kepala desa,yang satunya telah berbau tanah dan
yang satunya masih berbau segar dan telah terpilih menjadi wakil rakyat.Kecuali
Subuh,anak kecil ini minta pada ayahnya agar shalat di rumah saja,alasananya
Minggu adalah hari libur dan ayahnyapun setuju dengan maksud agar anaknya tidak
merasa dipaksa.Anak kecil itu bersemangat mengumandangkan azan,selain karena
tertanam nilai agama dari ayahnya bahwa Allah menyanginya,malaikat bersahabat
dengannya,malaikat selalu mengawalnya dan setan-setan takut padanya,juga karena
seorang jemaahnya rutin memberinya pembeli bakso sepuluh ribu dan kadang dua puluh ribu setiap bulan
setiap kalian menerima gaji pensiunnya."Dg Taba yang kasika",kata bocah itu usai menerima gajinya mengumandangkan azan."Walau kamu tidak dikasi uang ama Dg Taba kamu harus tetap azan karena kalau kamu tidak azan maka masjid di kampung kita akan mati",pesan ayahnya.
Masyarakat kampungku semuanya ber-KTP Islam dan
dianugerahi Allah nikmat yang cukup. Selain sehat dan kuat,juga kehidupan
ekonomi yang memadai.Tapi yang cukup mengherankan bila kita mecoba shalat di
masjidnya,ya ampun, kemana semua orang-orang Islam.”Iyek,ada semuaji di
rumahnya,mereka adalah jemaah
Ramadhan,nanti Ramadhan baru bermunculan”,jawabku saat seorang tamu bertanya
sepulang shalat Subuh.’Astagfirullah,tidakkah mereka bersyukur atas kesehatan
dan kekuatan yang diberikan Allah padanya,tidakkah mereka tahu bahwa azan itu
adalah undangan Allah,tidakkah mereka tahu bahwa kitapun kalau undangan tidak
dipenuh akan kecewa apalagi Allah ?”,ujar tamuku itu,”Andaikan mereka mencoba
menggunakan akalnya,mereka akan merasakan bahwa segala yang ada padanya itu
dari Allah,mereka menjadi pegawai atau pekerja karena Allah,dalam urusan
pekerjaan Allah memberi kemudahan,kesehatan dan kekuatan untuk pergi mencari
rezki walau dalam jarak yang demikian jauh,tetapi mengapa memenuhi panggilan
Allah untuk beribadah di masjid sangat berat padahal jarak rumahnya dengan
masjid amat dekat,Cuma sekali langkah.Apa salahnya Allah sehingga kalian semua
tidak mau memenuhi undangan-Nya padahal semua ibadahmu adalah untuk kebaikan
dirimu sendiri ?”,tambahnya.”Tdakkah mereka tahu bahwa shalat berjamaah di
masjid keutamaannya 27 derajat dari shalat di rumah ?.Tidakkah mereka tahu
bahwa Rasulullah SAW telah menyatakan bahwa yang berat bagi orang munafik
adalah shalat Subuh dan Isya.Jadi kalau tidak mendidrikan shalat Subuh dan Isya
berarti termasuk orang munafik dan shalat yang paling utama bagi laki-laki
adalah di masjid.
Masyarakat Islam di kampungku adalah masyarakat
yang sangat menjunjung tinggi adat. Adat jauh lebih dihormati daripada syariat
agama.Terbukti bila ada acara barzanji,orang berbondong-bondong sampai
berdesakan tapi kalau panggilan shalat berjamaah, masjid menjadi kosong.Suatu
pemandangan terburuk yang pernah aku lihat adalah saat seorang imam menggelar
acara barzanji untuk kepindahan ke rumah barunya.Masjid yang di samping rumah
Pak Iman kosong karena semua jemaah menggelar shalat berjamaah di rumah Pak
Imanm,hanya satu orang yang shalat di masjid,itupun dianggap sebagai orang gila,padahal
tidak ada dasar syariat bahwa shalat berjamaah di rumah baru mengandung berkah ketimbang shalat
berjamaah di masjid. “Baguski tawwa kalau rumah baru diisi
dengan shalat berjamaah dan barzanji berjamaah,bisa mendatangkan berkah”,kata
istriku waktu kukatakan bahwa salah kalau shalat berjamaah di masjid kita
tinggalkan demi memenuhi undangan seseorang untuk shalat berjamaah di
rumahnya.Shalat berjamaah di masjid itu adalah seruan Allah dan Sunnah
Rasulullah,apakah kita akan meninggalkan seruan Allah demi memenuhi seruan
manusia ?.”Siapa yang bilang rumah akan membawa berkah bila diadakan shalat
berjamaah ?”, tanyaku namun tak dijawab istriku.
“Mengapa
tidak ikut shalat Magrib berjamaah di rumah Pak Imam,Jufri ?”,tanyaku saat
bertemu dengan Jufri,seorang pemuda yang
aktif mengikuti pengajian.”Saya cuma takut saja,karena
kita hanya disyariatkan mendirikan shalat berjamaah di masjid,bukan di
rumah,kecuali kalau tidak ada masjid”,jawab Jufri yang ternyata sepaham denganku.”Berarti tidak
ikut makan di rumah Pak Imam ?”,tanyaku.”Rezki itu urusan Allah,jadi kalau tidak makan di rumah Pak
Imam
gara-gara tidak ikut shalat berjamaah dan barzanji itu berarti tidak ada
rezkiku di rumah itu,ternyata Allah telah menyiapkan rezkiku di
rumahku”,jawabnya.
Sejak hatiku mendengar masjid menangis,aku
menjadi malu,takut dan resah,namun kutakbisa berbuat apa-apa,aku tak punya kekuasaan untuk menggerakkan mereka ke masjid,dan ktakpunya daya untuk menanam ilmu pada mereka karena mereka sudah merasa menguasai ilmu,sudah paham agama,buktinya mereka menoak jemaah tabliq yang hendak berdakwah dimasjidnya,walau buktinya tidaklah demikian.Aku hanya bisa berdoa semoga anak-anakku kelak bisa memanfaatkan ilmunya untuk memajukan agama di kampungnya dan masyarakat Desa Palajau yang kami cintai ini.Mudah-mudahan kelak ada imam desa yang paham agama dan bisa memberikan pemahaman kemapada masyarakat Islam tentang beragama Islam yang benar yang seharusnya mengikuti Nabi Muhammad,bukan mengikuti tradisi masyarakat Islam.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar